Kesal pada diri sendiri membuat orang-orang di sekitarku terlihat menyebalkan di mataku. Entah kenapa, akhir-akhir ini aku seperti tidak bisa mengontrol emosiku. Aku merasa tak ingin hidup lagi, merasa lelah dengan segala pikiran yang menumpuk di kepalaku, juga beban di dada yang sulit kumuntahkan. Aku seperti tak punya daya untuk melakukan sesuatu. Aku hanya ingin tidur dan tidur lagi. Pikirku, dengan tidur, aku bisa menghentikan semua hal yang mondar-mandir di kepalaku. Tapi ternyata itu hanya sebentar. Karena ketika terbangun, semuanya kembali berlari-lari di otakku. Itulah kenapa belakangan ini rasanya aku ingin tidur selamanya.
Tak ada yang tahu, kadang aku berbicara kepada kucing piaraanku. Mereka pasti tak mengerti omonganku, tapi kutahu mereka mendengar. Ya, aku hanya butuh didengar. Tapi setelah selesai berbicara dan tak ada respon dari mereka, emosiku naik dan kuputuskan berlari ke kamar mandi. Aku menangis sejadi-jadinya. Kuputar keran air sekencangnya agar tak ada yang mendengar tangisku. Itu yang kulakukan akhir-akhir ini saat emosiku sulit untuk kutaklukkan. Ternyata aku bukan hanya butuh didengar, tapi juga direspon saat aku selesai berbicara.
Aku ingin ada yang mendengar dan merespon ceritaku. Tapi siapa? Dimana orang-orang terdekatku? Bukankah aku punya mama? Bukankah aku punya papa? Adik-adik? Sahabat? Pacar? Ya, aku punya mereka semua. Kenapa tidak berbagi pada mereka? Tidak mungkin. Kenapa?
Aku tak ingin membuat mama tambah sakit dengan ikut berpikir tentang keluhanku. Tidak juga pada papa yang pekerjaanya seakan tak pernah selesai, dari pagi ke kantor, pulang malam dan masih melanjutkan pekerjaannya di meja gambar. Adikku sibuk dengan tugas kuliah yang menumpuk dan adikku yang satunya lagi harus fokus belajar untuk menghadapi Ujian Akhir Nasional. Sahabat-sahabat yang pasti juga punya masalah yang mungkin lebih berat dariku. Dan pacar yang bolak-balik ke luar kota karena tuntutan pekerjaannya, yang sibuknya melebihi kesibukan papa, bahkan lupa kalau dia punya pacar yang butuh disapa.
Jadi bagaimana mungkin aku membagi cerita, masalah, keluhanku pada mereka? Aku tak ingin membebani mereka.
Dalam keadaan kalut aku mensucikan diri atau berwudhu kata orang Islam. Tidak untuk sholat, karena aku sedang kedatangan "tamu bulanan". Aku berdiam diri di kamar, menyebut nama Tuhan berkali-kali dalam hati, memohon ampunan. Aku melakukan apa yang seharusnya dilakukan seorang muslim. Berdzikir sebanyak-banyaknya dan bershalawat pada nabi sembari menutup mata. Tiba-tiba aku seperti merasakan tangan Tuhan di bahuku dan berbisik di telingaku, "Kamu hambaKu yang kuat".
Airmataku mengucur deras. Aku lupa, saat semua seakan tak ada untukku, ternyata ada Tuhan yang selalu bersamaku.
Twitter: @PrincessZhy
Facebook: Princesz Vizhy Tria Zhang
2 comment:
yang sabar aja ya,. hadapi dengan senyuman
memang hanya tuhan lah yang dapat mengerti umatnya
Posting Komentar
Jangan lupa tinggalin jejak di sini :)